Beranda | Artikel
Bolehkan Kaidah Fikih Dijadikan Dalil?
Senin, 28 Mei 2018

Bersama Pemateri :
Ustadz Musyaffa Ad-Dariny

Bolehkan Kaidah Fikih Dijadikan Dalil merupakan kajian Islam ilmiah yang disampaikan oleh Ustadz DR. Musyaffa Ad-Dariny, M.A. dalam pembahasan Kitab Qawaa’idul Fiqhiyyah (Mukadimah Kaidah-Kaidah Praktis Memahami Fikih Islam) karya Ustadz Ahmad Sabiq Bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Kajian ini disampaikan pada 14 Sya’ban 1439 H / 30 April 2018 M.

Status Program Kajian Kaidah Fikih

Status program kajian Kaidah Fikih: AKTIF. Mari simak program kajian ilmiah ini di Radio Rodja 756AM dan Rodja TV setiap Senin pagi, pukul 05:30 - 07:00 WIB.

Download kajian sebelumnya: Mukadimah Kaidah-Kaidah Praktis Memahami Fikih Islam

Kajian Islam Ilmiah Tentang Bolehkan Kaidah Fikih Dijadikan Dalil?

Bolehkah kaidah fikih dijadikan sebagai sandaran hukum atau dijadikan sebagai dalil? Maka jawabannya harus diperinci. Dan kita harus melihat sumber kaidah fikih yang kita ketahui tadi. Apabila sumber kaidah fikih tersebut adalah ayat Al-Qur’an, maka jelas ini boleh dijadikan sebagai hujjah. Karena berhujjah dengan ayat Al-Qur’an diperbolehkan dan itulah hujjah yang paling kuat. Begitupula jika sumbernya dari hadits Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka hukumnya sama dengan berhujjah dengan hadits Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam. Dan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah hujah terkuat yang kedua setelah Al-Qur’an.

Apabila kaidah fikih itu sumbernya dari ringkasan ayat-ayat Al-Qur’an ataupun ringkasan dari hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ini juga hukumnya sama. Boleh berhujjah dengan kaidah-kaidah fikih yang seperti ini. Seperti misalnya, kaidah, “keyakinan tidak bisa dihilangkan dengan keraguan.” Tidak ada ayat Al-Qur’an ataupun hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi seperti ini, tetapi para ulama menyimpulkan kaidah ini dari beberapa hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga berdalil dengan kaidah ini, sama dengan berdalil dengan hadits-hadits yang menjadi sandaran kaidah fikih ini.

Apabila kaidah-kaidah fikih tersebut berasal dari ijtihad para ulama, maka hukumnya sesuai dengan ijtihad tersebut. Apabila ijtihadnya sesuai dengan dalil, maka dibolehkan berhujjah dengan kaidah tersebut. Jika ijtihadnya tidak sesuai dengan dalil, ada dalil yang bertentangan dengannya, maka tidak boleh berdalil dengan kaidah-kaidah fikih tersebut. Apabila kaidah fikih disepakati oleh para ulama, jelas ini dibolehkan untuk dijadikan sebagai hujjah walaupun itu ijtihad para ulama. Berbeda jika kaidah fikih tersebut diperselisihkan oleh para ulama. Maka tidak boleh kita berhujjah dengan kaidah yang diperselisihkan tersebut.

Contoh kaidah yang diperselisihkan oleh para ulama misalnya adalah kaidah yang menjelaskan tentang, “pada asalnya hukum semua kencing adalah najis”. Ada kaidah seperti ini. Tapi para ulama berselisih dalam masalah ini. Sehingga kaidah ini tidak bisa menjadikan dalil. Contoh laih adalah kaidah yang berbunyi, “keringanan-keringanan dalam syariat tidak boleh diberikan kepada orang-orang yang melakukan maksiat”. Kaidah ini juga diperselisihkan oleh para ulama, sehingga tidak boleh dijadikan sebagai dalil untuk berdiskusi dengan orang lain. Jika untuk dirinya sendiri yang berpendapat dengan kaidah tersebut maka tidak masalah. Tetapi ketika bedalil atau berdiskusi dengan orang lain, dia tidak bisa memaksakan kaidah tersebut untuk dalil yang dia sebutkan kepada lawan bicaranya.

Simak Penjelasan Lengkapnya dan Download mp3 Ceramah Agama Islam Tentang Bolehkan Kaidah Fikih Dijadikan Dalil?


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/31246-bolehkan-kaidah-fikih-dijadikan-dalil/